Hari ini adalah rabu, 19 Agustus 2020 dan dalam penanggalan jawa adalah tanggal 1 bulan Suro (Assuro). Satu Suro adalah hari pertama dalam kalender Jawa. Di awal bulan Suro atau Assura di mana bertepatan dengan tanggal satu Muharram dalam kalender Hijriyah.
Menyambut satu Suro atau satu Muharrom, sebagian warga Bangilan melakukan tradisi Bucu Kendit yang dilaksanakan di setiap pertigaan dan perempatan jalan desa. Tradisi yang masih sangat diyakini sebagian besar masyarakat Bangilan ini di lakukan dengan membawa nasi dan tumpeng yang diatasnya terdapat nasi yang berbentuk kerucut, atau bucu. Di bucu tersebut ada kenditnya atau garis warna hitam yang melingkar pada bucu.
“Tradisi Bucu Kendit ini merupakan tradisi turun temurun, dari saya kecil sudah ada ritual semacam ini” ujar Sukarman, ketua RT setempat.
Ritual bucu kendit sendiri memiliki makna permohonan kepada Tuhan untuk menjauhkan wabah dan musibah kepada masyarakat desa, dengan perwujudan tumpeng bucu yang diberi garis hitam melingkar leher (kendit) dan dilengkapi sayur dan lauk hasil bumi. Selain untuk mempererat tali persaudaraan antar sesama warga desa yaitu dengan warga desa berkumpul dan berdoa (bancaan) bersama-sama kemudian ditutup dengan bertukar tumpeng dan makan bersama.
“Kegiatan ini merupakan tradisi yang harus dilestarikan oleh masyarakat. Selain untuk melestarikan budaya, acara ini juga dapat mempererat tali silaturahmi antar warga Desa”, Ujar Pak Ladi, Kamituo dusun Pulut
Dalam kepercayaan masyarakat jawa ritual ini dikenal sebagai mbuak sengkala atau menolak balak, karenanya dilakukan ketika menjelang maghrib atau surup yang berarti sandik ala atau dekat dengan keburukan termasuk membuang wabah pagebluk berupa virus corona.