“”Makna hijriah adalah pindah, dari kampung “lupa” menuju kampung “ingat”… Melalui gerbang pengampunan (gapuro – ghofur) dengan mengeluarkan (mengakui) semua dosa dosa (karat karat) diri (pusaka) untuk dilakukan pencucian (warang pusaka)… Selamat tahun baru Hijrah 1444… Selamat memasuki bulan Muharram (bulan suro) bulan memandikan pusaka, “pusaka diri….”
Pada hari Jum’at, 29/07/2022 Sobat Bangilan kembali mengadakan kegiatan “Jum’at Silaturahmi, Belajar Peduli” yang ke 65. Kali ini Sobat Bangilan bersilaturami ke Tiga keluarga di ujung barat kecamatan Bangilan yaitu dukuh Ngleri dusun Guwaran desa Sidotentrem. Ketiga keluarga yang kami dolani adalah Mbah Lasikin, Mbah Darseh dan Mbah Pingah.
Karena keluraga yang kami dolani biasanya selepas ashar pergi ke hutan untuk mencari pakan ternak, maka kami dolan ke Ngleri sesaat menjelang Magrib agar silaturahmi kami bisa ketemu dengan mereka. Olehnya sebelum silaturahmi kami juga menyempatkan diri untuk mengikuti ritual bucu kendit yang berupa kondangan di pertigaan dekat basecamp dan ditutup makan tumpeng bersama masyarakat sekitar basecamp.
Setelah acara ritual bucu kendit selesai sekitar pukul 16.30 kami berangkat ke Ngleri, disepanjang perjalanan banyak selametan diperempatan – perempatan kampung, karena hari itu bertepatan 1 suro, atau 1 muharram sebagai tanda tahun baru 1444 Hijriah.
Hampir jam 17.00 kami sampai ke dukuh Ngleri dusun Guwaran desa Sidotentrem, dan alhamdulillah kami berejeki bisa bersilaturahmi dengan ketiga keluarga yang memang ingin kami dolani sebelumnya, meskipun saat itu mbah Pingah belum pulang dari ngarit, tapi kami bisa berjumpa dengan anaknya.
Sobat Bangilan selalu menggunaan metode kegiatan mendatangi, menghampiri, door to door, BERSILATURAHMI ke semua keluarga yang akan didolani. Selain untuk bersilaurahmi kita juga ingin mendengar keluh kesah tentang keluarga yang kami dolani. Dan kegiatan ini selalu disambut dengan hangat oleh warga juga dulur-dulur Sobat Bangilan di dusun tersebut dan salah satu dari mereka akan menemani juga mengantarkan kami ke semua keluarga yang kami dolani hingga acara selesai.
Saat mereka kami dolani selalu menunjukkan wajah berseri – seri bahkan ada beberapa yang terisak haru, sehingga kami asyik bercerita tentang kehidupan dan banyak hal layaknya teman lama dan tak terasa waktu sudah hampir senja. Sementara kami harus terus berkeliling door to door untuk menghampiri dan bersilaturahmi ke keluarga yang lain.
Kondisi seperti inilah sebenarnya yg membuat kami ingin terus hadir untuk mereka, meskipun bingkisan dan oleh-oleh yang bisa kami berikan tidak seberapa, namun setidaknya kami bisa membantu untuk menguatkan semangat dan optimistis mereka salam menjalani takdir Tuhan. (adm)