Pada zaman dahulu , ada sebuah pemukiman kecil, pemukiman itu tempat persembunyian para brandal yang di pimpin oleh Mluyo kusumo, kemudian datanglah puteri dari china yang bernama Bah Tei, Beliau adalah penjual jamu yang mengadu nasibnya di pemukiman tersebut.
Mluyo kusumo memiliki dua hewan gaib yaitu ayam jago dan kuda. Kedua hewan itu sebagai penjaga pemukiman kecil itu ,ayam jago dan kuda tersebut setiap malam selalu menjaga dan berjalan mengelilingi pemukiman, saat siang ke dua hewan ghaib itu menjadi sebuah batu dan berada di punden.
Disuatu ketika pada saat ada pencuri mau merampok para berandal yang ada di pemukiman kecil itu bagaikan laut yang sangat dalam bagi para perampok atau pencuri, akhirnya para perampok atau pencuri itu tidak berani mengganggu para berandal. Suatu saat Bah tei menjual jamu di perumahan tersebut, para berandal itu menjadi kuat, sehat, dan tidak ada penyakit yang menyerang di pemukiman itu. Melihat Bah Tei seperti itu Mluyo Kusumo mempersunting Bah Tei, dan Bah Tei pun sangat bahagia karena mempunyai suami yang sangat gagah dan pemberani.
Pada saat Mluyo Kusumo dan Bah Tei merayakan pernikahan itu. pusaka mluyo kusumo (ayam jago dan kuda ) dicuri oleh para perampok dan dikubur di suatu daerah. Tetapi pusaka mluyo kusumo masih kembali ke punden .namun para perampok tersebut mencurinya lagi dan membuangnya di luar pulau jawa, akhirnya pusaka tersebut tidak dapat kembali.
Dengan tercurinya pusaka tersebut .pemukiman itu sering di teror oleh para perampok, akhirnya Bah Tei menjadi takut dan pindah di desa Bangilan tepatnya di dukuh rondo kuning (Karang Tengah ) dan menetap disana.
Dengan kepergian bah tei tersebut Mluyo kusumo menjadi sangat menderita dan dengan kesedihan tersebut, Mluyo kusumo memberi nama pemukiman tersebut sebagai desa BATE (di ambil dari kata Bah Tei) atau nama istrinya, dan tempat penumbukan jamu yang di jual oleh Bah Tei di taruh di punden hingga sekarang dan tidak berubah sama sekali Bah Tei meninggal di rondo kuning dan di semayamkan disana. (Joyo Juwoto)