Banyak orang yang jika mendengar kata “kemenyan” persepsinya langsung keurusan mistis, horor dan supranatural. Padahal jika anda adalah orang yang tumbuh besar di kalangan tradisi Jawa, pasti akan menyaksikan kebiasaan orang Jawa yang sering membakar kemenyan. Baik untuk berdoa, mengharumkan ruangan, mengusir nyamuk, sampai merokok tembakau juga di campur kemenyan agar asapnya wangi.
Sejak orang sekarang mulai mengenal ilmu aroma terapi, ternyata di ketahui bahwa aroma kemenyan mempunyai efek menenangkan tapi sekaligus meningkatkan konsentrasi, serta memiliki efek untuk meningkatkan daya tahan dan kesehatan tubuh manusia.
SEJARAH KEMENYAN
Kemenyan bagi orang Yahudi serta orang Yunani dan Romawi, di sebut Oilbanum ( dari Arab Al-Lubban ) untuk kegiatan berdoa dan upacara. Bagi orang Kristen juga sering di gunakan untuk berdoa, bahkan di sebutkan ketika Yesus lahir di berikan tiga buah persembahan oleh tiga Raja dari timur berupa emas, mur, dan kemenyan. Kemenyan di zaman Nabi dan Salafush Shaleh juga menjadi bagian dari beberapa ritual umat Islam.
Nabi Muhammad SAW dan para Sahabat sendiri sangat menyukai wangi-wangian, baik yang berasal dari minyak wangi hingga kemenyan/Bukhur. Sebagaimana di sebutkan di dalam berbagai hadits.” Al-lubban ” yang sering di gunakan Nabi Muhammad untuk wewangian di rumah merupakan kemenyan dari jenis pohon Boswelia Serrata, sejenis pohon gaharu yang bisa tumbuh di iklim Arab.
Kemenyan banyak di hasilkan di Semenanjung Arab dan di perdagangkan ke seluruh Timur Tengah, Eropa, sampai dengan Asia sejak 5.000 tahun yang lalu. Kemenyan yang dari Indonesia khususnya Jawa memiliki karakteristik aroma lebih kuat dengan tekstur resin lebih keras di banding dengan yang tumbuh di Arab Selatan, Yaman, India, China dan Afrika. Kualitas kemenyan yang bagus itulah dalam sejarahnya Ibnu Sina pernah merekomendasikan kemenyan dari jawa ini untuk bahan penambal gigi. Makanya di Arab di kasih nama pembeda, ” Lubban Jawi “. Jawi itu bukan hanya merujuk tanah Jawa saja sebenarnya, tapi Bani Jawi, sebutan kuno bagi bangsa Nusantara.
Perdagangan kemenyan dari Nusantara, Lubban Jawi, teridentifikasi sampai ke Mesir sejak kurang lebih 5000 tahun yang lalu. Tercatat dalam sebuah mural yang menggambarkan karung kemenyan di perdagangkan dari Tanah Punt menghiasi dinding kuil Mesir kuno Ratu Hatshepsut, yang meninggal sekitar tahun 1458 SM.
The Cambridge History of Africa juga menyatakan, bahwa para Firaun Mesir kuno mengimpor jenis kemenyan dari Indonesia bersama rempah-rempah. Kemenyan yang di impor terutama dari Jawa ini berasal dari getah Styrax ( nama latin pohon kemenyan, gaharu). Kemudian mengimpor juga kemenyan dari Arab yang jika di campur dengan kemenyan Jawa akan menjadi bahan baku balsam untuk mengawetkan jenazah Firaun.
Penyebutan Nama Kemenyan Di Arab sering disebut dengan Al-Lubban, di Yunani disebut Oilbanum. Sedangkan Lubban Jawi, bergeser jadi banja-i, kemudian gum benjamin dan sekarang orang Eropa biasa menyebutnya benzoin. Dalam ilmu kimia, untuk membedakan dengan benzoin, nama kimia senyawa hidroksi keton, kemenyan diberi nama Resin Benzoin atau Styrax Benzoin.
Jadi jika anda menggunakan wewangian, parfum atau aroma terapi, atau obat-obatan yang mengandung bahan berasal dari Resin Benzoin, maka ketahuilah itu adalah kemenyan. Seperti yang terjadi di Milan Italia, Daniela Roche Andrier meramu Benzoin styrax oil (minyak kemenyan) menjadi parfum kelas dunia, dengan nama No. 11 Cuir Styrax yang di luncurkan melalui House of Prada dengan harga sangat mahal. (adm)
NB. di rangkum dalam berbagai sumber. Salam Adat Budaya, Rahayu.